Teori Seni Rupa Barat
Konsep/kerangka-kerangka
dalam seni rupa barat dapat dilihat seperti di bawah ini.
Teori Umum
Seni Rupa (Seni Rupa Barat)
Seni Murni (pelakunya
berbeda) Seni Terap (an)
Seniman
Dibeda-bedakan sesuai dengan kelas sosial, sehingga
muncul orang pekota dan pedesa. Orang pekota dikatakan artis, sedangkan orang
pedesa dikatakan artisan.
Kelas Sosial
Pekota (artis) Pedesa
(artisan)
Sebenarnya seni rupa murni ditujukan hanya untuk bernilai
estetis saja, sedangkan seni rupa terapan ditujukan untuk bernilai fungsional
dan keperluan ekonomis.
Seni rupa murni sebenarnya dibuat tidak untuk hal-hal
yang menghasilkan keuntungan atau bernilai ekonomis.
Adapun pembagian atau contoh dari seni rupa murni dan
seni rupa terapan adalah sebagai berikut.
Seni Murni
Pure Art
Fine Art
|
Seni Terap (an)
Applied Art
|
Seni Lukis
Seni Patung
Seni
Arsitektur
Seni Pahat
Seni
Grafity
Seni
Kaligrafi
Seni
Dekorasi
Seni Grafis
Seni
Fotografy
Seni Ukir
|
Seni Bangun
Seni Tenun
Seni
Arsitektur
Seni Kriya
Seni Batik
Seni
Reklame
Seni Pahat
Seni Grafis
Seni
Fotografy
Seni Ukir
|
Seni Kriya bisa terbuat dari logam, kayu, kaca, fiber,
plastik, batuan, keramik (tanah liat), batik, tekstil.
Kerajinan Tangan Seni
Rupa
Seni Terap
(an) Seni
Murni
Pedesa Pekota
(Design)
= revolusi industry
Design
Hasil karya tangan orang pekota tidak mau disamakan
namanya dengan hasil karya tangan orang pedesa, sehingga diganti dengan nama
design.
Seiring berkembangnya
zaman pada dunia pendidikan, sekarang kata prasejarah di ubah menjadi praaksara.
Pengertian dari kata teknologi yaitu teknologi sama
dengan perpanjangan tangan manusia. Artinya, teknologi merupakan sesuatu yang
bisa menjadi alat bantu dalam meringankan segala pekerjaan manusia.
Berikut di bahas secara lebih mendalam tentang
konsep/kerangka-kerangka tentang teori seni rupa di atas.
Seni merupakan hasil cipta,
rasa dan karsa yang memiliki nilai keindahan. Seni juga dapat diartikan suatu hasil
dari fikiran sesorang yang timbul saat berimajinasi. Ada berbagai macam seni
yang terdapat dalam dunia ini. Misalnya seni yang mengutamakan unsur gerak
disebut seni tari sedangkan seni yang mengutamakan unsur bentuk disebut seni rupa.
Teori umum seni rupa menurut seni rupa barat dapat dibedakan menjadi dua yaitu
seni murni dan seni terapan.
1. Seni Murni
Seni murni/pure art merupakan seni yang dibuat
untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Seni murni lebih mementingkan
nilai keindahan saja. Biasanya karya seni rupa murni dibuat secara khusus
sesuai dengan kreativitas dan ekspresi pribadi pembuatnya. Namun seiring
berjalannya waktu, seni murni semakin bergeser menjadi seni terap (an) ketika
sebuah karya seni murni itu dipandang mampu memunculkan suatu profit (keuntungan). Sehingga sekarang
hasil karya seni rupa murni banyak yang dialihkan dan dimanfaatkan bukan hanya
dinikmati keindahannya melainkan juga untuk menhasilkan suatu keuntungan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa, karya seni
yang diciptakan sekarang ini lebih banyak menganut dua fungsi sekaligus yaitu
fungsi estetetis dan juga fungsional. Walaupun demikian, perlu diingat bahwa
tidak semua hasil karya seni murni dapat difungsikan ganda, namun ada beberapa
karya seni murni yang tidak bisa digandakan fungsinya, contoh lukisan, seni
patung, seni kaligrafi, seni graffity, dan lain sebagainya.
2. Seni Terap (an)
Seni Terap (an)/applied art adalah hasil karya seni yang
lebih mengutamakan kegunaannya atau fungsi pakainya disamping dapat dinikmati
mutu seninya. Seni terap (an) ini dapat dimanfaatkan karena memiliki fungsi
ganda. Karya seni rupa terap (an) biasanya lebih sering dimanfaatkan untuk
mendatangkan keuntungan atau sering dimanfaatkan sebagai karya yang bukan hanya
bernilai estetis melainkan sebagai karya seni yang bernilai fungsional. Membuat
karya seni rupa terapan tidak sebebas membuat karya seni rupa murni karena di
dalamnya harus mempertimbangkan persyaratan-persyaratan tertentu, seperti
syarat keamanan (security), kenyamanan (comfortable), dan
keluwesan dalam penggunaan (flexibility). Jadi, initinya seni terap (an)
ini memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis
(kejiwaan) manusia yang tidak hanya bisa di pandang keindahannya, namun juga
dapat di pergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seni rupa terapan memiliki
fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni
(artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan mendatangkan keuntungan (profit) bagi kehidupan manusia.
Adapun pembagian hasil seni
dari seni murni dan seni terap(an), sebagai berikut:
Seni Murni
|
Seni Terap (an)
|
Pure Art
Fine Art
|
Applied Art
|
Seni Lukis
|
Seni Bangun
|
Seni Patung
|
Seni Tenun
|
Seni Arsitektur
|
Seni Krya
|
Seni Pahat
|
Seni Batik
|
Seni Grafiti
|
Seni Baliho (Reklame)
|
Seni Kaligrafi
|
Seni Famplet (Reklame)
|
Seni Dekorasi
|
Seni Poster (Reklame)
|
Seni Grafis
|
Seni Pahat
|
Seni Fotografi
|
Seni Grafis
|
Seni Ukir
|
Seni Fotografi
|
Seni Ukir
|
Catatan: yang termasuk ke dalam seni krya adalah
logam, kayu, fiber, plastik, batuan, keramik, tanah liat, batik, tekstil.
Selain dapat dilihat dari
fungsinya, seni juga dapat dilihat dari segi yang lain, seperti “kelas sosial”.
Maksud dari kelas sosial ini adalah penyebutan nama dari seniman tersebut.
Bukan karena hasil lukisannya. Hasil lukisannya justru sangat berbeda meskipun
mendiami satu tempat yang sama.
Orang kota memiliki sifat
angkuh yang tidak mau disama-samakan dengan orang desa. Seperti contoh orang
kota (pekota) sering menyebut hasil lukisannya sebagai design dan
mereka sering menyebut dirinya sebagai seniman. Orang kota (pekota) beranggapan
bahwa teori seni rupa kebanyakan dibuat oleh orang kota. Lain halnya dengan
seniman yang berasal dari desa (pedesa), mereka tidak menginginkan atau tidak
berharap agar disebut dengan panggilan seniman, namun mereka sering disebut
oleh orang pekota sebagai “artisan” (perajin, tukang, kriyawan). Hal ini
dilatarbelakangi oleh harus adanya jarak di antara orang kota dan orang desa.
Orang
kota tidak mau untuk disama-samakan dengan orang desa baik itu dari penyebutan
nama, hasil karyanya, dan lain sebagainya. Menurut hasil karyanya orang kota
tidak selalu lebih bagus hasil karyanya dibandingkan dengan orang desa. Hasil
karya seorang seniman justru berbeda-beda meskipun mendiami tempat yang sama
sekalipun. Jadi, diharapkan bagi seniman-seniman muda sekarang, agar
menghilangkan paradigma berpikir seperti itu dan tidak beranggapan untuk
membeda-bedakan status ataupun kelas sosial sebagai perbandingan hasil karya
seni seseorang.
No comments:
Post a Comment